"Aku tulis surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tau."
Nak, menjadi Ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti hadirnya dirimu dulu belum hilang hingga saat ini, Kecemasan yang sangat indah karena ia di dasari dengan cinta. Sebuah cinta yang sudah aku rasakan bahkan sebelum yang dicintai itu aku temui.
Nak, menjadi Ayah itu mulia. Bacalah filusf dan pujangga, temukanlah betapa nasihat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang Ayah dan anaknya.
Meski begitu ketahuilah nak, menjadi ayah itu berat dan sulit, tapi aku akui betapa sepanjang masa kehadiranmu disisiku, aku seperti menemui keberadaanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa paling indah dan sangat aku banggakan didepan siapapun. Bahkan di hadapan Allah, ketika aku duduk berhadapan dengan- Nya, hingga saat usia senja ini.
Nak, saat pertama kamu hadir ku cium dan ku cium engkau sebagai buah cinta ku dan ibumu. Sebagai bukti bahwa aku dan ibumu tak terpisahkan lagi oleh apapun juga.
Tapi seiring berjalannya waktu, ketika suatu kali kamu mampu berkata TIDAK saat aku memintamu untuk lebih fokus terhadap pelajaranmu dan tidak menghadurka seorang pria sebelum kau selesai pendidikan timbul kesadaranku siapa kamu sesungguhnya.
Aku sadar kamu bukanlah miliku atau milik ibumu bahkan milik seorang pria yang kamu kenalkan pada kami yang kelak mungkin akan menggantikanku untuk membimbingmu.
Aku sadar hadirmu bukan karena cintaku dan ibu mu, kamu adalah milik Allah. Tak ada hak ku menuntut pengabdian darimu, karena pengabdianmu semata-mata hanya untuk-Nya.
Nak, sedih, pedih, dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan kamu. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi, kusesali kesalahan itu dengan air mata dihadapan Allah SWT. Syukurlah penyesalan itu mencerahkanku.
Sejak saat itu nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu pada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa selalu dekat denganNya.
Inilah usaha terberatku, karena artinya aku harus lebuh dulu memberimu contoh dekat denganNya.
Kemudian, kita pun memulai perjalanan itu tak pernah kamu ku hindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain.
Saat kamu mengeluh letih berjalan aku akan menguatkanmu karena memang tak boleh berhenti, Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa.
Akhirnya Nak, kelak saat nanti semua manusia di kumpulkan di hadapanNya aku ingin melihatmu berada dekat denganNya. Aku akan bangga Nak karena itulah bukti bahwa semua titipanNya dapat kita kembalikan pada pemilikNya.
Nak, dalam perjalanmu menuju kedewasaan aku tak akan melarangmu dekat dengan siapa pun selama kamu anggap orang itu baik untukmu, kamu sudah bisa membedakan akan keburukan dan kebaiakn, dengan tulus aku akan merestui segala langkah yang kamu ambil namun berpikirlah ketika kamu akan mengambil keputusan.
Aku hanya ingin kamu selalu menjaga nama baikmu, keluargamu, dan almamater yang kau pakai.
Dari ayah yang senantiasa selalu ada untukmu, air mata ini masih meneteas saat aku akan menutup surat ini, Nak.
Semoga kebehagiaan akan kalian dapat di dunia dan akhirat. Amin...
I STILL LOVE YOU DAD WHAT EVER YOU ARE...BUT IM SORRY I CAN NOT MAKE YOU HAPPY TO THIS DAY ...
I LOVE YOU DAD ... I LOVE YOU DAD ... I LOVE YOU DAD ...
REAL I LOVE YOU
AYAH....
Labels
- Begitu Berartinya Sebuah Kenangan (3)
- Cerita motivasi (1)
- Cerpen Saya (1)
- DOWNLOAD (1)
- Gallery (1)
- TUGAS TI (3)
About
Jumat, 20 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar